CeramahUtadz Felix Siauw // Kisah Cinta Salman Al-Farisi Sahabat Rasulullah SAW . Silahkan like video-video kami dan subscribe channel kami untuk mendapatka
Kisah tentang sahabat rasul memang banyak menyimpan ibrah dan teladan. Termasuk sepenggal episode kisah dua orang sahabat rasul, Salman al-Farisi Ra. dan Abu Darda Ra. yang memang sudah begitu seorang Salman al-Farisi, salah seorang sahabat Rasulullah saw berdarah Persia. Sebelum memeluk Islam, ia termasuk bagian dari orang-orang majusi, penyembah api Zoroaster. Namun ketika cahaya Islam menyentuhnya – layaknya para sahabat yang lain – menjadi salah seorang yang militan dan semangat dalam membela ketika Salman al-Farisi tengah gundah gulana, sang arsitek Perang Khandak tersebut tengah mencari jodoh. Mungkin lama sudah ia membujang hingga perlunya ingin segera mengakhiri masa Salman al-Farisi telah lama mengincar salah seorang perempuan salihah yang hendak ia khitbah dalam waktu dekat. Menurur riwayat, perempuan pujaan Salman tersebut adalah gadis Anshor yang merupakan seorang mu’minah nan cantik lagi urusan khitbah bukan permasalahan sepele bagi Salman, ia butuh seorang perantara untuk menyampaikan keinginannya melamar sang pujaan. Terbesitlah salah seorang sahabat karibnya untuk dimintai pertolongan, Abu bukanlah tempat kelahiran dan daerah asal Salman al-Farisi, oleh karenanya ia meminta Abu Darda menjadi perantara prosesi khitbahnya. Keinginnan Salman pun disampaikan ke Abu Darda. “Subhanallah wal Hamdulillah” ucap Abu Darda dengan penuh kegirangan setelah mendengar keinginan sahabatnya Salman yang hendak meminta bantuannya perihal Darda pun tak perlu pikir panjang, dengan senang hati ia membantu hajat sahabatnya tiba waktunya mereka berdua menuju ke rumah gadis anshar yang disukai oleh Salman al-Farisi. Setelah sampai di rumah orang tua fulanah tersebut, Abu Darda bertemu dengan kedua orang tuanya. Tanpa babibu panjang lebar, Abu Darda mengungkapkan perihal maksud kedatangannya.“Saya adalah Abu Darda dan ini adalah saudara saya Salman al-Farisi dari Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia telah memiliki kedudukan mulia di mata Rasulullah Saw. hingga beliau menyebutnya sebagai ahlul bait,” ucap Abu Darda dengan penuh wibawa.“Saya datang ke sini mewakili saudara saya Salman al-Farisi untuk melamar putri Anda”.Ternyata sang gadis telah mendengar sayup-sayup dari bilik rumah perbincangan antara kedua orang tuanya dan Abu Darda. Sang Ayah dari seorang putri yang diidamkan oleh Salman pun mengembalikan semua keputusan pada putrinya, apakah menerima atau sang Ibunda berbicara mewakili putrinya dan takdir Allah berkehendak lain. “Maafkan kami atas keterusterangan ini, putri kami menolak dengan penuh hormat pinangan ananda Salman al-Farisi.”Tak cukup sampai disitu, bak halilintar di siang bolong, Ibu dari sang putri shalihah berucap “Namun jika Saudara Abu Darda memiliki tujuan yang sama, maka putri kami lebih memilih antum sebagai calon suaminya.”Bayangkan jika kita berada di posisi Salman saat itu, apa yang akan kita lakukan mendengar hal tidak demikian dengan Salman al-Farisi, di sinilah letak kemuliaan manusia-manusia hasil didikan Rasulullah Saw. Dengan fasih dan berwibawa ia berujar “Semua mahar dan nafkah yang aku persiapkan ini aku serahkan kepada Abu Darda.”Tak cukup berkata itu, Salman kembali mengucap lantang “Dan aku akan menjadi saksi atas pernikahan kalian”.Kisah tersebut akhirnya termaktub dan mengekal dalam sejarah Islam karena kemuliaan Salman al-Farisi yang tidak menuhankan cinta semata. Bayangkan jika Salman bersikap sebaliknya, berputus asa, galau merana, lari mengambil pisau atau mencari tebing untuk mengakhiri hidupnya, mungkin hanya akan menjadi romansa picisan yang cepat khitbah, nikah dan jodoh adalah satu hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Terlebih di bulan Syawal ini, ratusan jomlo dipastikan melepas masa lajangnya sekaligus masih banyak pula para jomlo yang semakin galau melihat berderet sahabat angkatan gengnya telah dari kisah tersebut tidak semata meneladani kualitas akhlak dan keimanan Salman al-Farisi semata, tentu masih ada hikmah yang lain. Yaitu untuk kaum jomlo biar gak jadi pagar makan tanaman alangkah baiknya pastikan mak comblang’ yang kamu pilih saat melamar si dia tidak lebih keren atau lebih tampan daripada kamu, tidak juga lebih kaya dari kamu, syukur-syukur dia sudah menikah, tentu itu lebih aman. Intinya tetap semangat aja mencari jodoh ya A’lam. KetikaAbu Al-Darda datang, makanan pun dihidangkan kepada Salman Al-Farisi. Abu Al-Darda kemudian berkata kepada saudaranya yang lahir di Isfahan, itu, "Saudaraku, silakan nikmati makanan ini sendiri. Aku sedang berpuasa sunnah." "Saudaraku," jawab Salman, "aku tak kan makan selama engkau tak makan bersamaku!"loading...Kisah Abu Darda yang terlalu rajin ibadan sehingga melupakan istri tidak dibenarkan Rasulullah SAW. Foto/Ilustrasi Ist KIsah Abu Darda rajin ibadah sehingga melupakan istri dan membenci harta diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam kitab Ash-Shahabah. Rasulullah SAW tidak membenarkan tindakan Abu Darda itu. Begitu juga Salman al-Farisi ."Wahai Abu Darda sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atas dirimu, badanmu mempunyai hak atas dirimu dan keluargamu istrimu juga mempunyai hak atas dirimu. Maka, tunaikanlah hak mereka,” ujar Salman menasihati Abu Darda. Baca Juga Abu Juhaifah Wahb bin Abdillah ra mengatakan Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan Salman al-Farisi ra dan Abu Darda ra. Setelah itu Salman mengunjungi rumah Abu Darda. Dia melihat Ummu Darda, yakni istri Abu Darda, memakai pakaian kerja yang buruk. “Wahai Ummu Darda, kenapa engkau berpakaian seperti itu?” tanya Salman.“Saudaramu Abu Darda sedikit pun tidak perhatian terhadap istrinya. Di siang hari dia berpuasa dan di malam hari dia selalu sholat malam,” jawab Ummu datanglah Abu Darda. Ia menyiapkan hidangan makanan kepada Salman. “Makanlah wahai saudaraku, sesungguhnya aku sedang berpuasa,” ujar Abu Darda mempersilakan Salman untuk menikmati hidangan itu. “Aku tidak akan makan hingga engkau juga makan,” jawab Salman. Lantas Abu Darda pun ikut malam telah tiba, Abu Darda pergi untuk mengerjakan sholat. Akan tetapi, Salman menegurnya dengan mengatakan, “tidurlah” dan dia pun tidur. Tak lama kemudian dia bangun lagi dan hendak sholat, dan Salman berkata lagi kepadanya, “tidurlah.” Abu Darda pun menurut. Baca Juga Ketika malam sudah lewat Salman berkata kepada Abu Darda “Wahai Abu Darda, sekarang bangunlah.” Keduanya pun mengerjakan selesai sholat, Salman berkata kepada Abu Darda. "Wahai Abu Darda sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atas dirimu, badanmu mempunyai hak atas dirimu dan keluargamu istrimu juga mempunyai hak atas dirimu. Maka, tunaikanlah hak mereka.”Selanjutnya Abu Darda mendatangi Rasulullah SAW dan menceritakan kejadian tersebut SAW menjawab, “Salman benar.” [HR al-BukhariSangat BijaksanaAbu Darda bernama asli Uwaimir bin Amir bin Mâlik bin Zaid bin Qais bin Umayyah bin Amir bin Adi bin Ka`b bin Khazraj bin al-Harits bin Khazraj. Ada yang berpendapat, namanya adalah Amir bin Mâlik, sedangkan Uwaimir adalah julukannya. Ibunya bernama Mahabbah binti Wâqid bin Amir bin Ithnâbah. Beliau termasuk sahabat yang akhir masuk Islam. Akan tetapi, beliau termasuk sahabat yang bagus keislamannya, seorang faqih, pandai dan bijaksana. Rasulullah SAW mempersaudarakannya dengan Salman al-Fârisi. Nabi SAW mengatakan, “Uwaimir adalah hakîmul ummah seorang yang sangat bijaksana.” Baca Juga Abu Darda mengikuti berbagai peperangan setelah perang Uhud. Adapun keikutsertaan beliau dalam perang Uhud masih juga, tentang penuturan Abu Darda. “Tatkala Nabi diutus menjadi rasul, ketika itu aku adalah seorang pedagang. Aku ingin menggabungkan ibadahku dan pekerjaanku, namun keduanya tidak bisa bersatu. Kemudian aku pun meninggalkan pekerjaanku dan memilih beribadah kepada Allah taala." "Demi Allah, alangkah senangnya seandainya aku memiliki toko di jalan menuju pintu masjid hingga aku tidak meninggalkan sholat. Aku bisa mendapatkan keuntungan empat puluh dinar dan bisa aku sedekahkan semua di jalan Allah SWT.”
Sepertinamanya, Salman Al Farisi berasal dari Persia. Tepatnya wilayah Isfahan. Ia hidup di lingkungan keluarga kaya. Orang tuanya adalah kepala wilayah. Salman dibesarkan di keluarga Majusi, penyembah api. Ia juga bertugas menjaga api peribadatan agar tetap menyala. Kendati demikian, Salman tidak puas dengan agamanya. Suatu hari, Salman disuruh orang tuanya pergi ke ladang. Di []
ilustrasi suami istri harmonis © annamis photography ilustrasi suami istri harmonis © annamis photography Sengaja, kata mengharmoniskan’ di sini memakai tanda petik. Sebab, maksudnya bukan berarti rumah tangga sahabat tidak harmonis atau ada percekcokan/perselisihan. Melainkan, kehidupan asmara di rumah tangga sahabat tersebut kurang bergairah.’ Kisah ini bermula saat Salman Al Farisi berkunjung ke rumah Abu Darda’. Seperti diketahui, Salman Al Farisi dan Abu Darda’ dipersaudarakan oleh Rasulullah pada awal hijrah. Telah beberapa lama Salman tidak mengunjungi saudaranya itu. Dan kali ini, saat ia berada di rumahnya, ia melihat Ummu Darda’ mengenakan pakaian yang lusuh. Penampilannya tidak sedap dipandang. “Mengapa engkau tidak berhias?” tanya Salman yang merasa aneh dengan dengan penampilan istri Abu Darda’ itu. “Saudaramu, Abu Darda’, sudah tidak butuh pada dunia,” jawab Ummu Darda’. Jawaban itu singkat, namun bagi seorang yang cerdas sekelas Salman yang terkenal dengan ide strategi Khandaq sewaktu Madinah diserang pasukan Ahzab, kalimat itu cukup bisa dimengerti. Bahwa Abu Darda’ sangat serius beribadah. Bahwa Abu Darda’ menghabiskan waktunya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hingga ia tak lagi mengurus penampilannya. Dan ia juga kurang memberikan perhatian dan memenuhi hak batin istrinya. Beberapa saat kemudian, datang Abu Darda’. Dua sahabat yang luar biasa ini pun berjumpa. Sebagai bentuk penghormatan kepada tamu sebagaimana sabda Nabi “man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri falyukrim dhaifahu” barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya, keluarga Abu Darda’ pun menghidangkan makanan untuk Salman. “Makanlah wahai Salman. Maaf, aku sedang puasa,” kata Abu Darda’. “Aku tidak akan makan jika engkau tidak makan,” jawab Salman, tegas. Abu Darda’ pun luluh. Ia membatalkan puasa sunnahnya. Mereka pun makan berdua. Malamnya, Salman menginap di rumah Abu Darda. Ketika dilihatnya Abu Darda bangun hendak shalat malam, Salman menyuruhnya tidur lagi. “Tidurlah dulu,” kata Salman. Saat malam mendekati akhir, barulah Salman memberitahukan Abu Darda’ untuk shalat malam. Sebelum pulang, Salman berpesan kepada Abu Darda’ “Sesungguhnya, bagi Rab-mu ada hak, dan atas badanmu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka, tunaikanlah hak masing-masing.” Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah, beliau bersabda, “Salman benar.” Demikianlah teladan mulia dari generasi paling mulia, generasi sahabat radhiyallahu anhum. Mereka saling mengingatkan, agar hidup istiqamah di bawah naungan Al Qur’an dan Sunnah. Sekaligus hidup seimbang sesuai pedoman keduanya. Jika dengan alasan ibadah saja kita tidak boleh melupakan hak-hak istri, bagaimana dengan orang-orang yang melupakan hak-hak istrinya karena alasan kerja dan mengejar karir? Padahal ekonominya sudah mapan dan pekerjaan itu sejatinya bisa didelegasikan. Bagaimana pula orang-orang yang sering tak bisa bertemu anaknya karena gila kerja’ dan mengejar jabatan? Saat ia pulang anak-anaknya telah tidur dan saat ia berangkat anak-anaknya belum bangun. Tidak sedikit keluarga yang mengalami masalah, sebenarnya bukan karena persoalan ekonomi. Melainkan karena kurangnya kebersamaan. Kurangnya waktu bertemu dan bermesraan. Kurangnya pehatian. Akhirnya sering terjadi miskomunikasi, sering terjadi kesalahpahaman. Hal kecil menjadi masalah besar. [Tim Redaksi
KematianAbu Hurairah. Beliau telah meninggal dunia pada tahun ke 59 Hijrah, bersamaan dengan 676-678 Masihi di Kota Madinah. Ketika itu, beliau berusia 78 tahun dan telah meninggalkan hadis sebanyak 5374, yang mana sebanyak 325 hadis yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim. Selain terdapat juga hadis yang diriwayatkan beliau ada ditulisAbuDarda' masuk Islam dengan usaha oleh rakan karibnya yang juga seorang sahabat Nabi S.A.W dari golongan Ansar iaitu Abdullah ibn Rawahah. Setelah masuk Islam, beliau meninggalkan perniagaannya dan menumpukan ibadah kepada Allah S.W.T. Pernah menjadi teman serumah kepada salah seorang sahabat Nabi yang terkemuka iaitu Salman Al-Farisi . KisahSalman al Farisidan Abu al Darda' . Salman . pergi . menziarahi Abu al Darda' pada suatu hari, lalu mendapati Abu al Darda' hanya memenuhi keseluruhan masanya untuk beribadat kepada Allah SWT, siang berpuasa, malam Qiamullail, tanpa mempedulikan hak-hak isteri dan Prayer(Dua) Salman Farisi [d. 654] He was given the name "Salman" by the Messenger of Allah (peace and blessings be upon him). He is also known as Salmani Pak (Salman, the Pure), Salman al-Khayr (Salman, the Good), Salman al-Hakim (the Wise) and Salman al-Muhammadi, due to his beautiful character, and the depth of his heart and. .